Searching...

Popular Posts

Jumat, 14 Juni 2013

Repost: Seorang Warga Ampelgading Hamili Adik Ipar

11:10:00 AM
Iseng searching tentang Ampelgading, dapat beritanya ya bukan berita bagus. Gara-gara redaksionalnya bikin saya ketawa, maka saya copy  saja di blog ini. Mari disimak.

POSKOTA---Tak ada rotan akarpun berguna, begitu kata pepatah lama. Bagi Mulyakin, 35, dari Malang, pepatah itu bisa ditafsirkan: tak ada istri, adik iparpun berguna. Makanya, di kala bini jadi TKI di Arab Saudi, Marni, 17, adik iparnya pun disetubuhi sampai hamil 4 bulan. Tentu saja sang mertua jadi mencak-mencak!
Lelaki memang tak bisa hidup tanpa wanita. Buktinya, penyanyi Waldjinah pun sampai mengatakan dalam lagu “Walang Kekek”: aja ngenyek karo wong wedok, ditinggal lunga setengah mati (jangan hina perempuan, ditinggal pergi kelabakan). Fakta di lapangan lalu membuktikan, banyak lelaki rakus main tabrak sana sini gara-gara jauh dari istri. Ada janda nganggur, disikat. Bahkan, bini tetangga yang masih difungsikan pemiliknya, banyak pula yang ditubruk!
Mulyakin warga Desa Tamansari Kecamatan Ampelgading, Malang (Jatim), agaknya termasuk lelaki yang tak bisa hidup tanpa wanita. Baginya, perempuan bagian dari sembako (sembilan bahan pokok) dalam kehidupan rumahtangga. Bila sembako jenis beras bisa dikonversi dengan singkong, tapi wanita mau dikonversi dengan apa? Ia memang merupakan komponen dan elemen yang tak bisa digantikan, meski kadang-kadang sedang mens!
Sesuai dengan usianya yang balita (di bawah lima puluh tahun), Mulyakin memang masih sangat enerjik. Sayangnya, kuat dalam urusan onderdil tetapi lemah dalam urusan materil. Bahasa populernya, dia sudah miskin sebelum harga BBM dinaikkan Pak SBY. Salah satu indikasinya, sejak setahun lalu istrinya teken kontrak jadi TKI ke Arab Saudi. Tragis memang, demi urusan perut, harus mengorbankan kepentingan yang di bawah perut.
“Ah, kan hanya 2 tahun, Mas. Nanti saya kembali sudah punya modal untuk menata kehidupan kita,” kata Mijah, 30, saat mau berangkat dulu. Mulyakin yang gak sembada (tak bisa menjamin) ekonomi keluarga, terpaksa mengalah. Itu artinya, selama dua tahun harus puasa wanita. Memang benar sih, lelaki takkan mati hanya karena jauh dari istri. Tapi “kedinginan” selama 720 hari nonstop di kota Malang nan dingin, juga merupakan siksaaan maha berat.
Sebulan dua bulan Mulyakin memang masih bisa bertahan. Tapi pada kwartal kedua jauh dari istri, petani tanpa dasi dari Ampelgading ini, tak sanggup lagi. Dia nekad minta tidur seranjang dengan adik iparnya, Marni. Sebetulnya si adik sudah menolak dan mengusir, tapi Mulyakin ngotot saja. “Tolong Dik, sebentar saja. Di luar hawanya dingin,” begitu kata Mulyakin.
Percaya akan alasan kakak ipar, Marni membiarkan saja. Namun apa yang terjadi, saat gadis itu sudah kembali dibuai mimpi, tahu-tahu Mulyakin menggerayangi dirinya. Ketika tersadar, ternyata suami daripada mbakyu tersebut sudah ngethapel (nyemplak) di atas tubuhnya. Ibarat Tomcat emigran dari Surabaya, Marni berusaha mengibaskannya. Tapi tak bisa juga, karena sudah kadung lengket. Akhirnya, Marni yang tadinya ogah dan main gebah, sekarang malah ah, ah, dan ah………
Dua-duanya merasa keasyikan, sehingga lain hari dan waktu diulangi dan diulangi. Marni baru kaget saat 6 bulan kemudian dinyatakan hamil 4 bulan. Orangtuanyapun mencak-mencak setelah tahu pelakunya Mulyakin. Terpaksa mantu celamitan itu dilaporkan ke Polsek Ampelgading.
“Gading” Mulyakin seruduk ke sana kemari sih. (DS/Gunarso TS)

0 komentar:

Posting Komentar