Searching...

Popular Posts

Rabu, 09 Januari 2013

Dieng Plateau

6:10:00 PM
Setelah sekian lama tidak mengudara, Finally I returned again.
Hal ini tidak lain tidak bukan karena adanya jadual saya yang begitu padat, sehingga menyebabkan blog ini terbengkalai.
Masih segar dalam ingatan, waktu itu saya sedang boci saat istirahat jm12.00-13.00 setelah makan siang.
Saya yang ada dibelakang kamera (maksudnya yang memotret) /dc

Ada seseorang yang mengetuk kamar kemudian membangunkan saya, ternyata saya dipanggil Manager saya, saya kira hanya panggilan "seperti biasanya". Setelah ada beberapa obrolan prolog, ternyata tidak dinyana saya dikasih tahu bahwa saya akan "dipinjamkan" ke proyek lain di Dieng.
Dan lebih parahnya lagi saya disuruh berangkat pada hari itu juga, saya hanya dikasih waaktu untuk packing +/- 15 menit. OMG, dafuQ... Mimpi apa barusan dalam boci ku (gerutuku dalam hati).
Tapi apa mau dikata, saya hanyalah seorang kroco yang harus mengitu aturan perusahaan.. :-),
Yaa, harus berangkat....
Setelah packing, saya sudah siap menuju destinasi selanjutnya: yaitu ke Wonosobo. Kurang lebih 3 jam perjalanan dari Cilacap via Purwokerto-Banjarnegara.

Akhirnya saya melewati daerah asal pembuat Dawet Ayu Banjarnegara yang sering saya lihat -dan makan ketika masih di Malang.

Pukul 17.00 saya telah sampai di mess Wonosobo untuk segera bergabung dengan rekan lama sewaktu masih di kantor pusat, Mas Budi. Sewaktu saya tiba, di mess masih sepi karena masih belum pulang karena masih di site. Satu malam berlalu dengan agenda berkenalan dengan para penghuni lama biar saya diizinkan bergabung, untuk mensukseskan proyek ini.
Pagi hari bangun seperti biasa, saya berangkat jam 07.00 dari mess Wonosobo menuju Dieng, perjalanan terlampaui +/- 45 menit.
Salah satu view di pinggir jalan menuju Dieng /dc

Suhu di Dieng kurang lebih mirip dengan yang ada di Pujon-Malang, lebih dingin daripada di Batu. Di sini, saya menjumpai banyak sekali lalat, selain komoditas utamanya yaitu kentang (penghasil kentang terbesar di Indonesia). Berhubung saya penasaran, saya menanyakan kepada salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya mengenai keberadaan para lalat tersebut, hal itu disebabkan karena banyaknya tembelek/CM (kotoran ayam) di sana sebagai pupuk kentang. Saya pernah berfikir, seandainya para lalat ini bisa dimakan, maka saya akan mendirikan usaha membuat "Rempeyek Lalat".
 

Yang saya kurang suka dari Dieng Plateau adalah kondisi alamnya hampir tidak ada yang namanya pohon, sejauh mata memandang: yang ada hanya tanaman kentang, atau wortel, atau kubis, atau jagung (untuk yang ini agak jarang). Sangat mengerikan sekali, karena saya membayangkan jika sampai terjadi longsor atau banjir bandang, apa yang bisa menahan tanah-tanah yang tak berpohon tersebut, semoga tidak sampai terjadi.
Tanah yang hanya dipenuhi dengan kentang /dc






Dieng memiliki banyak sekali destinasi wisata, di antaranya adalah wisata candi, museum, dan telaga, namun yang pernah saya kunjungi adalah Telaga Warna.
Telaga Warna /dc


Di sini juga terdapat beberapa goa dan ada patung Gajahmada sebelum masuk ke dalam Telaga Warna.

0 komentar:

Posting Komentar